Skip to main content

“Aku dan Mereka”


“Aku dan Mereka”
By: Cucu Sudiana
Sabtu, 6 Oktober 2012
02:16 PM

Dengan lemas aku menatapnya, melihatnya berlalu lalang dengan senyuman yang mungkin ia paksakan. Dari balik dinding yang tipis dirinya masuk dan keluar melalui tangga-tangga muda dengan umurnya yang masih sangat belita.
Tempat ini baru bagiku, pelan-pelan aku bercengkrama dengan suara-suara yang sebelumnya tak aku kenali, tak pernah aku dengar sebelumnya, dan sama sekali tak pernah aku menginginkannya.
Sembilan belas manusia berurutan beranjak naik dan turun lantai, keluar masuk ruangan yang dipenuhi kayu-kayu mati yang diam-diam menyimpan satu pesan.
Pesan dari sebuah perkembangan zaman, entah dapat bertahan sampai kapan mereka menahan amarah yang membuncah di masing-masing kepalanya.
Dentuman keras di gendang telingaku hanya mampu menyembunyikan perasaan yang tak beraturan.
Jika aku menjadi sebuah benda, maka aku akan meminta diriku sendiri menjadi sebuah bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Dari jarak jutaan mil mungkin orang-orang masih dapat mendengar ledakannya, menghirup amarah yang siap ditularkan dan menjadi virus paling mengerikan di dunia.
Ada berbagai macam perilaku fisik yang orang lakukan untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya. Berangkat pagi dan pulang petang sudah menjadi teman akrab bagi mereka yang tidak mempunyai pilihan.
Pilihan yang tulus dari dasar hatinya ataupun hanya sekedar bermain dengan topeng yang pandai bersandiwara.
Semacam inilah topeng yang berlalu lalang di hadapanku saat ini. Meninggalkan kewajiban mereka sebagai seorang pembanting tulang.
Tunggu!!Pembanting tulang?? Apakah pantas, orang yang bekerja sepanjang hari namun tidak dilandasi dengan hati?? Dengan cnta??
Maaf.. bolehkah aku mengatakan satu kata untuk mereka dan untukku sendiri??
Ooohh…. Jika tak dibolehkan maka aku hanya akan mengembuskan napas kekesalanku!!!

Comments

Popular posts from this blog

7 Unsur Budaya Desa Golat Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis

Karakteristik budaya (meliputi tujuh unsur kebudayaan) masyarakat di Dusun Golat Tonggoh, Desa Golat, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Dalam ilmu sosiologi, dimanapun kita berada, baik itu di lingkungan rumah maupun ketika kita melakukan kunjungan ke luar daerah, ke luar kota, bahkan sampai ke luar negeri, kita akan selalu menemukan tujuh unsur  ke budaya an   dalam masyarakat. Ketujuh hal ini, oleh Clyde Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal Catagories of Culture   (dalam Gazalba, 1989: 10), disebut sebagai   tujuh unsur kebudayaan   yang bersifat universal ( cultural universals ). Artinya, ketujuh unsur ini akan selalu kita temukan dalam setiap kebudayaan atau masyarakat di dunia. Unsur-unsur ini merupakan perwujudan   usaha   manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memelihara eksistensi diri dan kelompoknya. Adapun yang menjadi karakteristik budaya di Dusun Golat Tonggoh adalah sebagai berikut : (1) Sistem religi dan upacara keagamaan. Kepercayaan m

Penyesalan Besar Untuknya

Sudah banyak pengorbanan yang dilakukan oleh Olive, seorang perempuan yang telah lama kukenal sejak SMA, ketika saat kegiatan PRAMUKA itu berlangsung, dia bernyanyi di ujung malam bertemankan hangatnya bara api unggun yang menggerogoti dinginnya malam. Aku menatapnya dengan cermat, mungkinkah dia seorang yang akan menjadi berharga? Diriku masih menimbang-nimbang. Jika biasanya orang-orang atau teman sebayaku yang lain menginginkan sosok pujaan hati dalam wujud yang sempurna, dalam artian cantik fisik, rupa, sorot mata dan sebagainya namun tidak denganku, cantik dalam pandanganku berarti IQ tinggi, bintang kelas, mempunyai keahlian, punya visi, ahh... mungkin aku terlalu berlebihan. Dalam waktu yang tidak dinyana, ada sebuah kesempatan untuk dekat dengannya, ini momen yang tepat, dengan melihat segala kemungkinan dan hipotesis yang ada aku dapat menyimpulkan ini akan sangat mudah. Dan ternyata ia memang benar, cinta semasa SMA tidak terlalu banyak pertimbangan, tidak seperti cint

Samakah Beban Kita??

Cucu Sudiana 2 Desember 2012 Suara malam kembali berdendang Di tumpukan batu-batu itu mereka bersembunyi Musim penghujan yang telah menyapa tanah selama berminggu-minggu masih setia mengalirkan keprihatinannya Naluri manusia yang berubah-ubah juga emosi yang meluap-luap tidak memberikan keuntungan yang berarti Apakah masih ada yang berkenan dengannya Seekor makhluk tanah yang populasinya mulai menurun akibat keegoisan manusia Ataukah memang suaranya tak senyaring dahulu? Tiada lagi memberi kehangatan bagi hamba Tuhan yang terlambat pulang Jenis makanan seperti apakah yang mereka telan setiap hari? Lalu cairan seperti apakah yang akan melanjutkan hidupnya? Pernahkah ia mengeluh? Tentang kemarau kemarin yang panjang.. Tentang penghujan yang memberikan banjir terhadap urat nadi Negara Kupikir mereka dapat terbang lepas ke angkasa Laksana kunang-kunang dan serangga lainnya Hidup tanpa beban dan hidup di dalam nadirnya Maka.. disaat bait hujan mulai