Koleksi-Seleksi-Resepsi
By Cucu Sudiana 19 Mei 2015
|
"Aku tak tahu siapa yang salah?
Diriku yang terlalu egois atau memang ada perubahan yang tak aku ketahui?"
Perempuan bernama Rasya itu kembali menanyakan kejelasan perasaanku, aku
menggantungnya dengan alasan cinta tidak seharusnya terjadi secara cepat,
melainkan butuh proses dan keyakinan diri. Ya memang.. jika dilihat dari usia,
mungkin aku terlalu tidak pantas menjalin hubungan dengan perempuan yang jauh
lebih muda dariku, 7 tahun, perbandingan itu terlihat jelas. Tetapi bukankah
cinta itu tidak memandang usia? Bahkan cinta itu tidak butuh alasan yang
bertele-tele bukan?
"PING!!"
Smartphoneku berteriak-teriak saat aku tinggalkan sejenak. Rasya kembali dengan kata-katanya yang indah, memujaku dan memanjakanku dengan rangkaian kalimat yang elok sekali untuk dibayangkan.
Smartphoneku berteriak-teriak saat aku tinggalkan sejenak. Rasya kembali dengan kata-katanya yang indah, memujaku dan memanjakanku dengan rangkaian kalimat yang elok sekali untuk dibayangkan.
"Rasya menyukai Bapak, bapak itu
wangi, selalu terlihat fresh, beda dengan yang lain"
Sekali lagi, aku terperangkap dengan manis ucapannya, maka tak aku perdulikan lagi status kami berdua antara guru dan murid, cukup lama aku merenung, memperkirakan baik dan buruknya sebuah hubungan yang jelas-jelas tak boleh diperlihatkan secara gamblang di depan umum, apalagi di tempat aku bekerja, jika hal ini sampai ketahuan habislah aku, hal terburuk yang terjadi mungkin aku akan diberi surat peringatan karena menjadi teladan yang mengecewakan atau bahkan aku dikeluarkan secara tidak terhormat dari tempat aku bekerja. Kami juga terjebak dengan ruang dan waktu, kami berada di sebuah lembaga pendidikan yang cukup ketat, penuh dengan aturan, guru dan murid berada dalam tempat yang sama selama 1 hari 24 jam, tentunya dengan ruang yang terpisah antara putra dan putri.
Aaagggrrrhhhh....!!!! Aku tak memperdulikan itu semua, ruang kosong dalam hatiku tak mungkin aku biarkan terus menerus.
Sekali lagi, aku terperangkap dengan manis ucapannya, maka tak aku perdulikan lagi status kami berdua antara guru dan murid, cukup lama aku merenung, memperkirakan baik dan buruknya sebuah hubungan yang jelas-jelas tak boleh diperlihatkan secara gamblang di depan umum, apalagi di tempat aku bekerja, jika hal ini sampai ketahuan habislah aku, hal terburuk yang terjadi mungkin aku akan diberi surat peringatan karena menjadi teladan yang mengecewakan atau bahkan aku dikeluarkan secara tidak terhormat dari tempat aku bekerja. Kami juga terjebak dengan ruang dan waktu, kami berada di sebuah lembaga pendidikan yang cukup ketat, penuh dengan aturan, guru dan murid berada dalam tempat yang sama selama 1 hari 24 jam, tentunya dengan ruang yang terpisah antara putra dan putri.
Aaagggrrrhhhh....!!!! Aku tak memperdulikan itu semua, ruang kosong dalam hatiku tak mungkin aku biarkan terus menerus.
"Bapak juga mulai menyukai
Rasya"
~♡~
Penantian panjang pun sampai pada akhirnya, hampir satu tahun kita menjalani hubungan yang bukan gelap sebenarnya, namun tak layak dipandang mata. Hari ini adalah hari kelulusan Rasya, pelulusan SMA yang sudah lama aku nantikan, karena ketika dia lulus, aku yakin hubungan yang aku miliki akan memiliki perkembangan, ya minimal tidak lagi harus sembunyi-sembunyi kalau ingin bertemu, dan kami pun bisa berkomunikasi sepanjang waktu, dan hal penting yang paling aku dambakan kita bisa bersua, bertatap muka, berjalan bersama menikmati waktu berdua.
Penantian panjang pun sampai pada akhirnya, hampir satu tahun kita menjalani hubungan yang bukan gelap sebenarnya, namun tak layak dipandang mata. Hari ini adalah hari kelulusan Rasya, pelulusan SMA yang sudah lama aku nantikan, karena ketika dia lulus, aku yakin hubungan yang aku miliki akan memiliki perkembangan, ya minimal tidak lagi harus sembunyi-sembunyi kalau ingin bertemu, dan kami pun bisa berkomunikasi sepanjang waktu, dan hal penting yang paling aku dambakan kita bisa bersua, bertatap muka, berjalan bersama menikmati waktu berdua.
"Congrats ya..!
Aku menyalami Rasya yg mengenakan gaun
berwarna merah muda seraya memberikan sebuah kado kecil pelengkap hari
bahagianya.
"Orang tua kamu datang?"
Rasya menatapku khawatir, sesekali
melihat keberadaan orang tuanya di arah yang lain.
"Iya kak datang"
"Iya kak datang"
Selama satu tahun berhubungan memang aku
tak terlalu banyak mengetahui keluarganya, bahkan diperkenalkan pun belum. Aku
belum tahu alasan yang jelas keengganan dia untuk memberitahukan hubungan
spesial ini kepada orang tuanya. Aku pun menyadari, di usia yang masih SMA,
memperkenalkan lelaki adalah hal yang terlalu beresiko, bahkan aku sempat
mendengar kabar dari temannya bahwasanya Rasya baru diperbolehkan pacaran
ketika dia sudah kuliah tingkat 3. Damn!! Hal tersebut bagai sebuah
sambaran untukku, terlalu dalam aku berpikir apakah kabar itu benar adanya atau
cuma lelucon teman-temannya saja.
Namun, karena aku dan Rasya kurang berkomunikasi jadi masalah tersebut tidak sempat terselesaikan, ketika aku sempat bertanya pun Rasya hanya bilang "Itu gosip" Hanya itu saja.
"Cklik..!!"
Namun, karena aku dan Rasya kurang berkomunikasi jadi masalah tersebut tidak sempat terselesaikan, ketika aku sempat bertanya pun Rasya hanya bilang "Itu gosip" Hanya itu saja.
"Cklik..!!"
Satu jepretan foto berhasil terabadikan,
aku dan Rasya bersanding berdua, murid-muridku yang lain menatap heran dan aku
tak terlalu menghiraukan itu.
Aku bahagia di hari itu, satu bebanku telah terangkat, kesendirianku tak akan pernah menghantui lagi. Hari itu belum berakhir, akhirnya aku pun diperkenalkan dengan seluruh keluarganya yang datang menghadiri pelulusannya, obrolan singkat pun mengalir begitu saja antara aku dan kedua orang tuanya dari mulai bertanya mengenai tempat kelahiranku, karierku disini, dan membicarakan bagaimana hingga akhirnya aku dapat berkenalan dengan anaknya Rasya. Aku rasa orang tuanya baik, menerima aku apa adanya, berarti anggapanku salah mengenai Rasya yang sempat berpikir dia tidak serius.
Aku bahagia di hari itu, satu bebanku telah terangkat, kesendirianku tak akan pernah menghantui lagi. Hari itu belum berakhir, akhirnya aku pun diperkenalkan dengan seluruh keluarganya yang datang menghadiri pelulusannya, obrolan singkat pun mengalir begitu saja antara aku dan kedua orang tuanya dari mulai bertanya mengenai tempat kelahiranku, karierku disini, dan membicarakan bagaimana hingga akhirnya aku dapat berkenalan dengan anaknya Rasya. Aku rasa orang tuanya baik, menerima aku apa adanya, berarti anggapanku salah mengenai Rasya yang sempat berpikir dia tidak serius.
~♡~
"PING!!"
Kali ini terasa berbeda, bukan Rasya yang selalu penasaran dengan keberadaanku, tetapi akulah orang yang terjebak dengan kecurigaanku sendiri. Ada sesuatu yang terus menerus menggelayuti pikiranku, Rasya nampak berubah, tak seperti dulu.
Kali ini terasa berbeda, bukan Rasya yang selalu penasaran dengan keberadaanku, tetapi akulah orang yang terjebak dengan kecurigaanku sendiri. Ada sesuatu yang terus menerus menggelayuti pikiranku, Rasya nampak berubah, tak seperti dulu.
Pesan BBM yang aku kirimkan terkadang
dibalas seadanya saja terkadang pula dia membiarkannya dan sebatas membacanya
saja, sudah berhari-hari dia memperlakukanku seperti itu. Aku yang dilanda
penasaran berselancar menuju akun facebooknya, ku jelajahi kronologinya,
disana ada status yang terasa janggal, seperti ada sebuah status yang
menyatakan penyesalan. Aku menerka-nerka saja, apakah mungkin Rasya menyesal
menjalani hubungan denganku? Bukankah dia yang menyayangiku duluan?
Seminggu selepas pelulusan, tepatnya
hari Jum'at aku free, tidak ada aktivitas. Aku mencoba mengajak Rasya
jalan, kebetulan dia masih tinggal di tempat ayahnya bekerja yang jaraknya
tidak jauh dari keberadaanku, hanya butuh sekitar satu jam perjalanan saja dari
tempatku bekerja.
"Mau apa ketemu? Kalo gakda tujuannya mah buat apa?
"Mau apa ketemu? Kalo gakda tujuannya mah buat apa?
"What??" Aku tidak
salah kan membaca pesan yang dia kirimkan? Dia bilang sebuah pertemuan itu
harus ada kejelasan untuk apa dan mau ngapain? Perjumpaan sepasang kekasih
bukankah sebuah momentum yang paling ditunggu-tunggu? Aku sungguh tak mengerti.
Aku memilih untuk mengurungkan niatku, percuma jika hanya aku saja yang ingin bertemu sedangkan dia sama sekali tidak mengharapkan itu semua.
Aku memilih untuk mengurungkan niatku, percuma jika hanya aku saja yang ingin bertemu sedangkan dia sama sekali tidak mengharapkan itu semua.
Perjalanan cintaku tak semulus yang
dibayangkan, kami sering sama-sama kesal karena hal kecil, aku menganggap dia
acuh, dan dia mungkin menganggap aku itu overprotective yang dikit-dikit
nanya, bukankah hal itu wajar bagi sebuah pasangan?
Terakhir kali, karena kekesalanku yang
kesekian kalinya, aku mengatakan "terserah", mau dia membaca pesanku,
mau tidak semua terserah! Sebagai lelaki dewasa aku juga punya batas kesabaran,
diperlakukan acuh itu sama sekali tidak mengenakan. Rasya kesal, mungkin marah
menyikapi aku yang begini, dan dalam sekejap dia menyudahi hubungan yang aku
pertahankan hampir satu tahun ini, dia berpikir dia terlalu takut untuk tidak
bisa bersama-sama mencapai apa yang aku inginkan, menjalani hubungan yang
serius sepertinya hanya akan membebani masa cerianya. Ketika kudengar
pernyataan tersebut aku memilih untuk menerima apa yang ia inginkan, karena
sebelumnya dia pernah menawarkan aku untuk memutuskan hubungan ini, namun aku
enggan. Memutuskan sebuah hubungan bagiku berarti menyia-nyiakan waktu yang
telah berlalu.
~♡~
Dua hari kemudian di sebuah pesan Blackberry, seorang teman dekatnya bertanya kenapa alasan aku putus dengan Rasya? Aku bilang aku terlalu curiga dan terlalu mengatur kehidupannya Rasya. Dia terasa tidak setuju dengan alasanku, dia punya alasan lain.
"Kaka itu udah tua, pantesnya itu nikah, Rasya itu pengennya ngoleksi dulu cowoknya, terus seleksi baru akhirnya resepsi..:-D"
Dua hari kemudian di sebuah pesan Blackberry, seorang teman dekatnya bertanya kenapa alasan aku putus dengan Rasya? Aku bilang aku terlalu curiga dan terlalu mengatur kehidupannya Rasya. Dia terasa tidak setuju dengan alasanku, dia punya alasan lain.
"Kaka itu udah tua, pantesnya itu nikah, Rasya itu pengennya ngoleksi dulu cowoknya, terus seleksi baru akhirnya resepsi..:-D"
Pernyataan tersebut bukan sesuatu yang
pantas dijadikan lelucon, benar apa yang peribahasa bilang bahwa mulut itu
lebih tajam dari sebilah pedang. Aku mengalaminya sekarang, terima kasih atas
penantianku selama ini, selamat berjumpa kembali dengan pengkhianatan indah
selanjutnya yang akan aku alami!
~♡~
Comments
Post a Comment