Ini tak seperti yang aku harapkan sebelumnya,
memetik buah cinta dari perempuan yang belum pernah sekalipun aku sentuh. Sudah
enam bulan lebih aku mengenalnya, dan selama itulah kedekatan kami berdua
terjalin.
"Kak..."
Begitulah yang sering aku baca dalam pesan
singkatnya untukku, ketika ia ingin memulai sebuah perbincangan panjang
denganku. Sebenarnya aku masih ragu, perempuan yang sempat membohongiku dengan
wajah orang lain itu masih terkesan hanya manis dalam tutur katanya saja, tanpa
benar-benar ingin menunjukkan keberadaannya.
"Apakah aku egois? Hanya ingin menang
sendiri? Salahkah jika aku begini?"
Sungguh... Ini sangat menyulitkanku, kisah
cinta yang tidak sempurna ini entah akan bertahan sampai kapan? Banyak orang
bilang bahwa penantian cinta itu manis dan romantis, namun tidak bagiku. Aku
merindukan kisah cinta yang real!! Sudah
lebih dari satu tahun aku menyelami hidup sendiri, semenjak lulus kuliah dan
mendapatkan pekerjaan pertamaku aku memutuskan untuk mengakhiri sebuah hubungan
dengan alasan 'long distance
relationship' dan aku tidak siap jika harus melewati waktu tanpa
tatapan matanya, atau tanpa gerak geriknya yang menenangkan, terkadang cinta
itu harus dilepas jika kamu tak mampu menggenggamnya dengan sepenuh hati. Ternyata
semua ketidakinginanku muncul kembali pada kisahku yang baru, perempuan mungil
yang sering dipanggil Ifa telah mengajarkanku kesabaran, yang memang terkadang
membuatku putus asa. Bagaikan menjalin cinta dengan seseorang yang tak nampak,
tak pernah hidup di dunia ini kecuali jiwanya yang itupun masih selalu datang
dan pergi dalam perasaanku.
Perempuan yang kukenal lewat social media ini awalnya adalah
perempuan berwajah polos, gadis SMK kelas 3 yang kebanyakan dari foto-foto yang
sering ia pakai sebagai display
picture sebuah aplikasi chatting
jarang memakai kerudung. Rambut panjangnya yang terurai sampai ke pundak selalu
memenuhi pikiranku. Dia memang terpaut jauh dengan usiaku sekarang, sekarang
ini aku sudah menginjak 24, sementara dia masih 18. Sepertinya tak menjadi
masalah bagi dirinya terlebih diriku, hanya saja terkadang dia selalu menuntut
perhatian yang lebih banyak. Ditengah-tengah kesibukanku mengajar di sebuah
pondok pesantren terkemuka di daerah Banten, terkadang dia suka mempermasalahkan
sikapku yang tiba-tiba menghilang setelah saling mengirim pesan, atau
meninggalkan chatting begitu saja
karena mendadak ada pekerjaan atau suatu hal yang harus segera
dikerjakan. Hidup di lingkungan pesantren berarti kita harus siap selama
24 jam dekat dengan santri atau anak didik kita yang selalu ada saja tingkah
laku mereka yang membutuhkan perhatian kita sebagai guru atau ustad untuk
menyelesaikan permasalahan mereka, dan ini menjadi risiko dari apa yang telah
aku pilih. Dari sinilah ketika aku pindah domisili dari Ciamis ke Tangerang dan
tanpa sengaja menemukan perempuan dari dunia maya. Di tengah-tengah keputusasaanku,
setelah beberapa bulan menjalin hubungan, rasa jenuh hadir kembali mengisi
ruang kosong dalam hatiku, kita berdua masih tak dapat bertemu dengan alasan
bahwa abi atau ayahnya melarang dia
untuk berpacaran atau sekedar jalan dengan teman-temannya tanpa pengawasan
orang tua.
Apakah mungkin? Di zaman sekarang, masih ada
seorang perempuan yang ruang geraknya sangat dibatasi oleh kedua orang tuanya.
Main ke tempat umum tak diberi izin, pulang sekolah langsung dijemput oleh
abinya. Pada akhirnya, meskipun kedekatan kita sudah sangat spesial, berjuta
cerita telah terbagi aku memutuskan untuk menyudahi saja hubungan tanpa
pertemuan ini, karena percuma! Semua ini hampa!
JJJ
“Miss you.."
Sebuah pesan masuk dari salah satu
aplikasi chatting, seseorang
yang setelah beberapa minggu berpisah hadir kembali. Moodku memang berantakan,
terkadang jika mengalami hal yang tidak suka maka secara langsung seolah-olah
benci dengan hal tersebut, namun terkadang juga ketika mengalami hal yang
nyaman, maka tak peduli apapun yang terjadi, aku akan menjaga kenyamanan itu.
Hal itupun yang terjadi, setelah berpikir matang-matang bahwa hubungan kita
selama ini tidak akan pernah mengalami kemajuan jika berjalan seperti ini
terus, tak ubahnya aku seperti orang gila yang menginginkan bulan turun ke
bumi, suatu hal yang tak'kan pernah terjadi jika keinginan tidak terlahir dari
keduanya.Kata-kata manis itu kembali meracuni pikiranku,
"Kangen kamu.."
Dua kata yang sangat simpel ini mengubah
keputusanku yang sebelumnya pernah berniat untuk tidak menghubunginya lagi, dan
semua itupun dipermudah dengan sikap kekecewaan perempuan itu yang telah
menghapus semua akun chatting dan
akses berkomunikasi denganku. Di malam itu, ketika tak sengaja aku membuka
kembali profil twitter perempuan
bernama lengkap Ifa Khofifa Prawansyah itu, tetapi ada satu hal yang
mengejutkanku, foto profilnya berubah.
"Siapa perempuan ini? Kenapa bisa seorang
perempuan menggunakan foto perempuan lain di akun twitternya?"
Sepintar-pintarnya orang menyembunyikan satu
kesalahan, maka kesalahan itu sendiri yang akan menunjukkan wujudnya. Setelah
panjang lebar aku menanyakan siapakah gerangan yang ada di dalam foto profil
tersebut? Dengan penuh rasa bersalah ia meminta maaf dan menjelaskan bagaimana
semua ini bisa terjadi. Menurutnya kesalahan ini berawal dari mulai
perkenalanku di Wechatt, pada
saat aku tak sengaja mencari teman menggunakan GPS. Foto Ifa yang aku
kenal dulu, yang rambutnya panjang dan lurus, dan selalu fotogenic saat bergaya di depan
kamera sebenarnya adalah foto temannya yang bernama Jihan. Dia menjelaskan
katanya waktu itu ia sedang mengelabui seorang lelaki yang tak disukainya, dan
hal ini terus berlanjut ketika ia mulai tertarik denganku sampai kita jadian
dan akhirnya putus.
JJJ
“Congrats..!!”
Ucapan
singkat aku kirimkan lewat sms setelah ku tahu bahwa kekasih mayaku ini telah
lulus dari sebuah sekolah menengah kejuruan di daerah Kronjo, Banten. Aku
pernah berjanji ingin mengirimkan sebuah buket bunga sebagai pertanda bahwa aku
peduli terhadap kelulusannya, meninggalkan masa-masa SMA dan memulai sebuah
kehidupan baru di bangku perkuliahan adalah hal yang menakjubkan. Aku pun
pernah merasa demikian, menyimpan seragam putih abu dan berganti dengan pakaian
sesuai yang kita inginkan. Dari sesuatu yang penuh aturan sampai dengan
lingkungan pendidikan yang santai tapi serius perlahan mengubah segalanya.
Semua dituntut mandiri.
“.............”
Tak
ada jawaban, alamat yang aku minta hanya untuk sekedar memberi sebuah bingkisan
bunga akhirnya harus aku lupakan. Setidaknya, ketika aku tahu kita berdua masih
tak bisa bersua, saling pandang dan saling membaca perasaan lewat kedua mata,
berharap aku masih bisa memberi perhatian kecil meskipun itu adalah hal
sederhana. But it’s nothing! Aku
hanya mampu mengelus dada tanpa berkata apa-apa, lagi-lagi aku menganggap ini
adalah proses kesabaran, kesabaran yang mengantarkanku kepada perasaan tak
karuan, kenapa sampai alamat rumah pun dia tak mau memberi? Setakut itukah? I really never knew.
JJJ
“Sayang
aku diterima!”
Pesannya
di malam itu begitu bersemangat, aku menangkap kegembiraan dalam tutur katanya.
Ia panjang lebar menceritakan keputusannya mengambil study di bidang kesehatan, atau lebih spesifiknya dia memilih untuk
jadi bidan untuk masa depannya. “Bidan?
What?” Aku memutar kembali memory-ku,
saran-saranku kemarin enggan didengarnya, ketika ia bingung untuk memilih
sekolah tinggi untuk menunjang karier, aku sempat mengusulkan untuk menempuh
pendidikan S1 di Fakultas Pendidikan, dengan harapan ketika dia lulus nanti
kita bisa bersama-sama membangun rumah romansa cinta dalam satu lingkungan
kerja. Namun harapanku ternyata berbeda, dia berminat menjadi bidan atas saran
dari abinya tercinta, katanya bidan adalah salah satu profesi yang sangat
dibutuhkan di daerahnya. Aku semakin penasaran, lingkungan yang bagaimanakah
dirinya ti nggal? Atau minimal aku bisa memperkirakan seberapa jauhkah jarak
yang harus aku tempuh untuk mencarinya saat aku merindukannya.
Bukan
jalanan seperti di Venice yang aku tempuh, dan bukan kendaraan yang akan
melindungiku dari panas dan hujan, menembus debu dan asap kendaraan yang kental
sekali dengan karbondioksida, aku melaju dengan motor tuaku menuju sebuah
tempat bernama Kronjo. Aku nekad, atas dasar penasaran dan mungkin karena aku
bosan seperti ini terus. Ternyata jarak yang aku tempuh cukup jauh dari
keberadaanku, sekitar satu jam lebih barulah aku sampai di sebuah gapura yang
bertuliskan “Selamat Datang di Desa Kronjo”, senyumanku mengembang, aku
terhenti di depan gapura dan sempat memotret gapura tersebut, sebagai bukti
bahwa aku benar-benar datang untuknya, langsung ku kirimkan saja gambarnya
lewat salah satu aplikasi chatting
yang sering aku gunakan.
Sembari
aku menunggu balasan tanpa sadar aku dikejutkan oleh sebuah mobil pengangkut
bahan bakar minyak yang tiba-tiba mundur, aku yang sedang menghentikan motorku
di pinggir jalan kupaksa mundur dengan cepat, alhasil kakiku tersayat standar
motorku sendiri sampai mengeluarkan darah. Dengan merasakan perih aku mencari
tempat yang pas untuk membersihkan lukaku dan sekedar memarkirkan motorku di
tempat yang aman. Tibalah aku di depan sebuah mesjid yang letaknya tidak jauh
dari gapura, kucari tempat wudhu dan mengguyurkan air ke daerah keluarnya
darah. Ada sebuah pesan yang masuk, tebakanku benar, dia sedikit terkejut
dengan kedatanganku ke daerahnya. Ku cari nomor telponnya dan langsung
kuhubungi.
“Tuuuuttt......tuuuuttt....”
Hanya
itu yang aku dengar berkali-kali, nampaknya ia tak mau mengangkat panggilan
telponku. Ini tak seperti biasanya yang malahan dia sendiri yang memintaku
untuk menemaninya untuk sekedar berkeluh kesah. Apakah situasinya kurang tepat?
Ataukah aku terlalu lantang datang ke daerahnya?? Owh please...!! Ini hanyalah keinginan kecilku dan memang harapan
terakhirku dengannya. Aku seperti mengemis-ngemis meminta alamat rumahnya,
tanpa sedikit ia gubris, merasa bersalah pun sepertinya tidak. Pikiranku
melayang-layang lagi, kemungkinan negatif yang bisa saja terjadi seperti dia
ternyata membohongiku lagi, atau mungkin selama ini dia hanya mencari hiburan
dengan mencari teman di dunia maya yang seolah-olah menjadi realita, atau
pikiran yang lebih parahnya lagi ia sudah punya suami?? Owh God!! Maafkan aku jika harus punya prasangka yang menjijikan
seperti ini. Aku hanya terlanjur putus asa.
JJJ
Entah
apa yang terjadi hari ini? Ini adalah puncak dari kejenuhanku selama ini. Sudah
tiada lagi rasa, dan sudah tiada lagi harapan yang biasanya aku bendung untuk
menunggu saat-saat pertemuan yang begitu berarti bagiku. Plin-plan adalah kata
yang tepat untuk menggambarkan sosok diriku yang sebenarnya, kadang A kadang B
dan kadang C, hidup memang piihan, tetapi mengapa selalu pilihan ini yang
kemudian datang menghampiriku.
Apa
artinya cantik? Bila cantiknya itu tak mampu kulihat dengan utuh! Hanya sebatas
bayang-bayang yang membias dalam pandanganku. Apa artinya kesetiaan? Bila
penantian itu terlalu lama dan memakan waktu hingga memakan usiaku. Lagi-lagi
ini adalah sebuah pelajaran bagiku, dunia maya adalah dunia yang semu,
terkadang ada batas yang harus kita sadari bahwa hidup itu tak selamanya indah
seperti kata-kata mutiara dan seperti kicau burung yang terdengar di pagi hari.
Dunia maya dan realita mempunyai ruang hidup yang berbeda, ia dekat namun hanya
ada dalam angan-angan saja, ia bisa berubah menjadi apa saja, wujud mana saja,
lelaki atau perempuan, nice girl or bad
girl, tak pernah aku tahu sosok real
tersebut, dia hanyalah perempuan yang tak tersentuh, yang sempat menemaniku
dalam pencarian cinta sejatiku yang belum aku temukan.
JJJ
Pengalaman Pribadi ya a ni teh???Good..
ReplyDeletePencarian Cinta yang Menggugah hati a,,hehe
Semoga Allah Segera mempertemukan jodoh yg sesuai dan terbaik a,,salam..blogger...
Ciyeee... :') great!!! Uhuk* kayaknya realty story yaaa tad, seneng nulis juga ya tad? Ditunggu deh kisah kisah nya, the continue from perempuan talk tersentuh :p *TwoThumbs*
ReplyDeleteAlma : Sedikit curhat mengenai susahnya nyari cinta sejati..he
ReplyDeleteSarah : Iya, kalo ada waktu luang pasti nulis..
Wios a seueur oge te naon naon...hehe
ReplyDelete