Jemarimu…
Semua bermula saat
tatapan mata ini tertuju pada sosok perempuan yang cukup menarik dalam segi
kepribadiannya. Dia adalah anak Sekolah Menengah Atas di sebuah kota yang cukup
terkenal dengan bukit sepuluh ribunya, Tasikmalaya. Perempuan yang kini duduk
di bangku kelas 3 Sosial ini sebenarnya adalah muridku, lalu siapakah aku ini??
Mahasiswa Geografi tingkat akhir yang tengah bergelut dengan seragam berwarna
abu-abu dan biru dongker, bertugas untuk memberikan pengajaran terbaik dengan
menciptakan suasana belajar yang nyaman. But…shit!!
Seorang guru PPL kadang-kadang dipandang sebelah mata, dan di kelas yang satu
ini, cukup membuatku gerah karena setiap aku datang ke kelas, mereka terkesan
acuh. Malahan ketika aku sedang mencoba memberikan apa yang telah aku pelajari
semalaman, salah seorang murid ada yang enak-enakan ngobrol, bercanda dengan
saling melempar potongan kertas kecil, bahkan ada yang manggut-manggut gara-gara
ngantuk. Agggrrrrrhhhhtttttt………….! Tapi buat sekarang, bukan hal itu yang
sedang aku utarakan, ini adalah soal perasaan. Maka aku ini adalah seorang guru
dimata perempuan itu.
Ranah Tiga Warna,
salah satu novel yang sedang asyik dibacanya ketika aku berada di kelas, aku
tertuju pada buku karya Ahmad Fuadi itu, rasanya aku pernah melihat buku itu
masuk dalam kategori best seller di sebuah pusat buku terkemuka.
Aku hanya tersenyum melihat perempuan di zaman sekarang senang dengan buku,
yang kutahu di kampus hanya beberapa orang saja yang senang dengan dunia
jurnalistik, yang lainnya adalah orang yang senang touring/ jalan-jalan,
belanja buat kaum perempuan dan kadang-kadang ada sekelompok teman di kelas
yang punya hobi aneh, kadang-kadang tergila-gila dengan ikan cupang, monopoli,
main PS, bulu tangkis, dan hal semacam itu bagai satu musim yang berlalu begitu
saja.
“Buku novelnya
ditutup dulu ya..”
Aku menegur murid
perempuan itu yang diam-diam menjadi satu alasan tidak menyimak materi yang
telah aku siapkan sebelumnya.
“Owh iya
Pak,maaf..”
Ia tersenyum dan
menutup buku novelnya sesuai perintahku, tak lagi kulihat ia menyentuhnya, dan
hal itulah yang menjadi kesan pertamaku dipertemukan dengan seseorang.
JJJ
Hanya butuh
beberapa menit saja aku menemukan nomor handphonenya. Tanpa menunggu waktu dan
tanpa pikir panjang aku langsung memberikan satu pesan kepadanya, menjaga
imejku sebagai guru aku menunda dulu senda gurau yang sebenarnya adalah
kesenanganku di waktu senggang. Entah feelingku yang berbicara dan entah
pikiran-pikiran sesaatku yang mengatakan bahwa ia orangnya terbuka, dan hal itu
menjadi poin plus untuk aku yang ingin lebih dekat dan mengenalnya.
Perjumpaanku
dengannya di kelas kembali terjadi, PPL masih menyisakan beberapa minggu
terakhirnya, itu artinya setelah hari itu berakhir maka tidak ada lagi seragam
safari, tidak ada lagi celoteh-celoteh muridku dan semua kembali pada
aktivitasku sebagai mahasiswa. Dan kunikmati saja semangat mengajar dan
memberikan pengetahuan baru mengenai perkembangan alam semesta. Entah apa yang
tengah terjadi, tidak seperti biasanya perasaanku hari ini jauh lebih baik,
terkadang aku berpikir bahwa benarkah ini energi dari seorang perempuan? Jika
itu benar, maka aku hanya harus meneruskan rasa penasaranku untuk mengetahui apa
yang akan terjadi.
“Pak, ini
novelnya.. Aku udah selesai baca.”
Rhyn datang ke
arahku setelah bel pulang berbunyi dan semua siswa berhamburan dari tempat
duduknya.
“Gak apa-apa nich
dipinjam??”
“Gak apa-apa kok,
asal jangan hilang aja..hehe”
“Ng’gak’lah Masa
iya dihilangin.”
“mMm.. Maaf Pak
sebentar.. Iya Hallo! Owh udah nyampe?? Rhyn kesana sekarang!”
“Pak Rhyn pulang
dulu ya”
“Owh iya
hati-hati”
Perempuan
berpostur tinggi itu berlalu dari hadapanku yang masih bertanya-tanya siapakah
orang yang menelponnya barusan? Apakah ia sudah mempunyai seorang tambatan
hati??
JJJ
Hujan petang di hari Sabtu membuat tubuhku
kedinginan. Setumpuk tugas dari guru pamong aku bawa untuk menyerahkannya pada
saat itu juga. Kali ini aku disuruh membuat
berkas-berkas lengkap sebuah rencana pembelajaran. Aku cukup bersabar
Karena guru pamongku yang satu ini agak membuat aku repot, entah karena aku
seorang guru ppl yang dapat dimanfaatkan atau entah karena sifatnya yang agak
lebay kalau boleh aku bilang.
Sambil menunggu
fotocopy dari tugasku selesai, aku mengambil telepon genggamku dan menuliskan
sebuah pesan di dalamnya.
“TRING!!!!”
Tak cukup
menghitung waktu lama, sms balasan muncul, dan kepenatannku hari ini agak
sedikit berkurang.
“Hhmm… Rhyn…Rhyn…”
Akupun tersenyum-senyum
sendiri. Sejauh ini pendekatan dengan dia berjalan dengan mulus, komunikasi,
gerak geriknya menunjukkan bahwa sepertinya ia mulai tertarik dengan perhatian
yang perlahan aku berikan kepadanya. Sedikit demi sedikit aku mengumpulkan
informasi tentangnya, dari mulai tanggal lahir, jenis musik yang ia suka, dan
genre film apa yang paling sering ia tonton.
JJJ
Hari itu adalah
hari pemutaran “Breaking Down”, film Hoolywood yang sangat sukses dengan
karakter filmnya yang bertemakan action
romantic. Sebetulnya aku tengah kecewa dengan perempuan yang masih polos
itu, gara-gara ia udah nonton duluan film ini bersama lelaki lain, lelaki yang
tidak lain adalah guru PPL tahun kemarin yang kebetulan satu organisasi kampus
denganku. Meskipun aku tahu bahwa kedekatan mereka hanyalah sebatas teman,
namun entah kenapa aku merasakan cemburu untuk pertama kalinya, ya meskipun
boleh dibilang itu tidak masuk akal, karena jadian pun belum.
“Pak, gawat.. Ada
tetangga kelas Rhyn..”
Saat berjalan
menuju 21, perempuan disisiku berbisik namun cukup kencang ke arah telingaku.
“Anak ini, udah
dibilang kalo di luar jangan bilang Pak!”
Aku menyiku
badannya, memberi sedikit protes.
“Hehe.. Maaf..maaf
keceplosan.. Ayo buruan takut dilihat anak-anak…”
Tangannya
menggenggamku, ini merupakan sentuhannya untuk pertama kali. Haha.. Orang jatuh
cinta memang tampak bodoh. Hanya dengan pegangan tangan saja darah serasa
mengalir dengan cepat.
Breaking Down
membawa suasana yang lebih dalam, cerita pernikahan Edward Cullen dengan Bella
seakan membawa anganku ikut berdebar, terkadang aku menutupi sebagian wajah Rhyn
karena ada beberapa cuplikan yang terbilang dewasa, yang terjadi aku dan dia
saling menutupi wajah untuk sama-sama tidak melihat adegan mesra di malam
pertama keluarga vampire tersebut, cukup menggelikan.
JJJ
“Apakah
waktunya sudah tepat?”
Pemikiran ini
sudah berlalu semenjak aku mengucapkan kata-kata terakhirku untuk mengajar di
sekolah favorit itu, saat aku minta pamit sekaligus membagikan kenang-kenangan
kecil untuk para muridku yang bandel. Ya meskipun mereka cukup menjengkelkan
namun saya sayang mereka semua, ada rasa kehilangan dalam keseharianku, dan
yang paling aku rasakan aku tak mendapati lagi sosok seorang perempuan
berseragam putih abu yang terkadang cueknya minta ampun ketika di sekolah,
berbeda dengan kepribadiannya ketika bersantai di rumah dan berkomunikasi
denganku.
“Cinta..
adalah sebuah anugerah.. Cinta tak bisa diterka.. Mungkin kita mati tanpa
cinta.. Cinta bisa hidupkan jiwa..”
Aku bernyanyi
dengan lantang, di ujung telpon sana seorang perempuan masih bertanya-tanya,
siapakah gerangan yang barusan bernyanyi?
“Kak, jangan
bohong dech.. Siapa barusan yang nyanyi??”
“Masa gak percaya?
Beneran dech itu Kakak yang nyanyi..!”
“Coba ulang!”
Aku pun kembali
menyanyikan reff salah satu lagunya Kerispatih, suara gitar yang aku mainkan
pun ikut membahana di kamar kostku.
“Gimana? Udah
percaya kan..!”
“Kok kakak bisa
nyanyi? Bagus lagi suaranya..”
Aku tersipu,
untung saja lawan bicaraku tak berada di depanku, jika saja ada, maka telah ia
dapati wajahku yang memerah. Aku bukan senang karena ia memujiku, namun lebih
ke arah menyenangkan hatinya, karena ceritanya sebelum aku bernyanyi untuknya
suasana hatinya sedang kalut, tapi aku tak tahu apa permasalahan yang sedang
dialaminya.
JJJ
Satu bulan sudah
aku mengenal dekat dengannya, hari ini adalah pertengahan bulan Desember, aku
mengumpulkan keberanianku untuk menyatakan perasaan yang kini bergemuruh dalam
dada. Apakah mungkin seorang guru bisa kencan dengan muridnya tanpa rasa canggung?
Atau perasaan aneh? Well… Inilah jalan yang aku pilih, menyusuri kalimat
pertama untuk memberi pemahaman kepada perempuan yang masih sangat belia.
“Rhyn..”
“Iya Kak..”
Ia menoleh ke
arahku, menangkap kedua bola mataku dan aku terkunci.
“Mmm… Coba denger
yang satu ini!”
Aku memasangkan
earphone di kedua telinganya, alunan musik bermain-main dalam pikirannya.
Sesaat kemudian ia tersenyum penuh pesona, ketika tahu bahwa lagu yang
didengarnya adalah lagu ciptaanku yang aku buat untuknya.
“Kutemukan lagi
sebuah rasa yang lama menghilang, kini kumulai kembali kar’na dirimu..
Tak pernah kusangka dan tak kuduga, seolah
kubernapas setelah lelap tertidur, itu kar;na dirimu..
Rhyn.. Owh Rhyn membuatku terpesona lewat
candamu..
Yang s’lalu mengubah kegalauanku tuk memudar,
dan kutersenyum mengingatmu..”
“Ini lagu buat Rhyn?”
“Iya, lagu special
untuk orang yang special pula”
Jarum jam di
pergelangan tangan kiriku menunjukkan pukul 16.00 WIB, dentingan gitar milik
Depapepe yang bertajuk “Piano Sonata No.
8 in C minor, op. 13 (Beethoven)” yang diambil dari album “Depacle ~Depapepe Plays The Classics~” mengalun
mengisi ruangan luas di sebuah plaza terbesar di Tasikmalaya. Aku mengeluarkan
secarik kertas, dan dari verse pertama lagu yang berisikan instrument itu kumulai
membacakan sebuah puisi.
Great Love
Ketika
aku sadar, dalam satu renungan yang cukup panjang……
Renunganku
adalah kehadiranmu….
Ketika
aku tersentak, dalam satu sapaan hangat ysng cukup menyegarkan….
Sapaan
itu adalah kehadiranmu….
Hampir
aku terpuruk, dalam kesendirian yang cukup memuakkan!!
Terombang-ambing
hasutan potret masa lalu…
Yang
sudah seharusnya aku buang jauh-jauh dari pikiranku…
Aku
berpikir, adakah seseorang yang mampu menyelamatkanku dari belenggu kekosongan
dan kehampaan yang selama ini aku miliki…
Namun,
semua terkaanku salah!!
Cinta
adalah misteri, terkadang tawanya bisa membuat kita serasa terbang melayang
mengelilingi angkasa yang tiada ujungnya..
Namun
terkadang cinta juga bisa merubah harmony menjadi ironi, terang menjadi gelap,
bahkan kebenaran seolah-olah menjelma dan bereinkarnasi menjadi sesosok makhluk
yang buas, menerkam, menatap tajam, hingga kita tak mampu berucap meskipun
sepatah kata….
Dan
itulah cinta!! Ia datang memelukku kembali dengan sejuta pesona tiada tanding..
Ia
menyapa dengan lembut, membuat satu kedamaian dalam hati kecil kita
Menerbitkan
benih-benih harapan yang siap aku semai jika kamu menerima cintaku
“Apa arti semua
ini Kak?”
Aku menarik jemari
kecilnya, dan mengangkatnya perlahan.
“Kakak suka ma Rhyn,
hal ini sudah Kakak nantikan cukup lama. Biarlah orang-orang berkata apa, yang
jelas ini adalah kenyataan bahwa Kakak mulai menyayangi Rhyn lebih dari seorang
teman”
Raut wajah Rhyn
menggambarkan kebingungan, dan aku tak dapat membaca secara jelas makna dibalik
pancaran sinar matanya, yang dapat aku lihat hanyalah jemarinya yang goyah dari
genggamanku. Ia meninggalkanku… Dengan sejuta pertanyaan yang masih menggantung
dibenakku.
JJJ
Satu pekan telah
berlalu, tak ada kabar tak ada berita. Aku menunggunya dalam diam, entah
keputusan apa yang sedang ia pikirkan. Aku pikir semua akan berjalan sesuai
dengan keinginanku, mencoba dekat dengannya, mengenalnya lebih jauh dan
menjalin asmara dengan harmonis. Desember kali ini benar-benar membingungkan
dan membuat diriku dihantui rasa bersalah.
“Apakah semua itu
gak mungkin? Cinta yang lahir antara guru dan muridnya??”
Aku bertanya pada
diriku sendiri, di tempat yang ramai, tempat dimana satu pekan yang lalu aku
menunggu jawabannya. Tepat pukul 16.00 lagu Depapepe pun kembali terngiang di
telinga, lagu itu sudah menjadi playlist di tempat ini. Aku tersentak ketika
melihat Rhyn berjalan dari arah pintu masuk lantai dua, tiba-tiba jemari
tangannya ada yang menyentuhnya, seorang lelaki kira-kira sedikit agak tua
umurnya dariku, dan aku hanya dapat menyimpulkan bahwa mungkin peristiwa yang
baru saja aku lihat adalah sebagian jawaban dari yang selama ini aku
tunggu-tunggu, aku tak mampu melihatnya lagi, pandanganku menolak untuk
memperhatikannya, maka aku pun menjauh dari tempat itu.
“Kak!”
Aku menoleh, ia
berteriak lantang. Ada yang menahanku untuk tidak pergi satu senti pun. Ia
berlari dan melepaskan genggaman tangan lelaki itu.
“Kenapa??
Kenapa ia datang kepadaku bersama lelaki itu?”
“Kak, maafin Rhyn
membuat Kakak menunggu terlalu lama.”
“Rhyn siapa dia??”
Lelaki itu
menunjuk ke arahku, pandangannya tak bersahabat.
“Kamu, STOP
ngikutin aku terus!! Aku muak!! Hubungan kita sudah berakhir”
“Tapi aku masih
menyayangi kamu! Sungguh aku khilaf, aku janji gak akan mengulangi kebodohan
aku ini?”
“Maksud kamu??
Satu tahun berselingkuh itu khilaf??”
Ia berhenti
membentak, sejenak mengambil napas dan memandangku.
“Kak, bawa aku
pergi sekarang juga!”
Perempuan yang
kutahu masih agak polos itu seakan berubah menjadi perempuan yang cukup
emosional. Ia menarik lenganku dan sedikit terburu-buru meninggalkan lelaki
yang terlihat iba itu. Wajah lelaki itu terlihat lelah, mungkin ia putus asa,
whatever….
Aku dan Rhyn masih
berjalan tanpa arah dan tujuan, dan sesaat ia berhenti di tempat yang agak sepi
di halaman belakang plaza. Ia masih memegangi lenganku, kurasakan pegangannya
agak lemah dan gemetar. Isakan tangis mulai terdengar.
“Rhyn, kamu
kenapa? Kenapa kamu menangis??”
Tubuhnya masih
bersembunyi dari hadapanku, aku memutar badannya dan kupandangi lekat-lekat
parasnya, aku mengusap air matanya dan tanpa berpikir panjang aku menanamkan
pelukanku di tubuhnya mencoba menenangkan dia. Situasi dan kondisi apa yang
sedang perempuan itu alami aku tak tahu, hanya bahasa tubuhnyalah yang
berbicara, memberitahu bahwa untuk saat ini aku tak boleh banyak bicara dahulu.
JJJ
Sore itu terasa begitu hangat, udara
Tasikmalaya yang cukup panas untuk hari itu enggan untuk ia tunjukkan. Aku
berdiri di balik pagar sebuah Landasan Udara, disampingku berdiri pula seorang
perempuan yang masih mengenakan seragam putih abu. Seharusnya aku
mengantarkannya pulang, tapi aku berhenti sejenak di tengah perjalanan. Padang
rumput yang sangat luas, dan landasan yang lurus aku pandangi, untuk beberapa
menit aku hanya menikmati riuhnya suara angina yang menerpa tubuhku.
“Aku senang bisa mengenal Kakak.. Seandainya
waktu itu Kakak gak ada disitu mungkin sampai saat ini aku masih dikejar-kejar
oleh mantan kekasihku yang sangat-sangat aku benci.”
“Kakak juga batu tahu, ternyata anak kecil
kayak kamu punya keberanian juga membentak orang..hehe”
“Aku minta maaf, Kakak harus melihatku dalam
kondisi seperti itu”
“Jadi gimana??”
“Gimana apanya??”
“Pertanyaan Kakak yang masih belum Rhyn jawab.”
“Owh..”
Aku tak mendengar
ia meneruskan perkataanya lagi, jemarinya meraih tanganku lalu merapatkannya,
pipinya yang lembut juga menyentuh bahuku. Hingga akhirnya aku tahu.. Tak ada
lagi yang perlu aku tanyakan.
JJJ
Aduh ieuh...
ReplyDeletePengalaman Pribadi ieu teh a???
Sapertos FTV a,,,he
Haha.. Just creation meskipun tidak memungkiri ada kontribusi langsung dari pengalaman.. :)
ReplyDelete